Pak Epyardi Asda saya kira mengada-ada kalau seorang Gubernur berkunjung kedaerah Kabupaten Solok harus meminta ijin kepada Bapak selaku Bupatinya,aturan darimana itu pak epi?
Bukankah ini negara yang berbentuk Republik, dimana negara yang berbentuk Republik etika menghormati itu justru berjenjang secara Top Down dari atas kebawah, mulai dari pemimpin Eksekutif Presiden, Gubernur (Wakil Pemerintahan pusat), Bupati/Walikota, Camat, Lurah/Kepala Desa/Wali Nagari.
Sebagai contoh kalau terdengar informasi /kabar berita umpamanya Bapak Presiden RI akan berkunjung ke Sumba, pasti yang pertama merespon itu adalah Gubernur Sumbar, maka Gubernur berupaya lewat OPD nya mencari informasi untuk melakukan persiapan penyambutan kedatangan Bapak Presiden tersebut.
Sebenarnya berbanggalah jika wilayah dalam Kabupaten Solok dikunjungi oleh Gubernur (dalam hal ini Bapak malah marah), apalagi kunjungan kegiatan singgah sahur, itu kan menunjukkan kerendahan hati seorang Gubernur maka beliau mau mengunjunginya untuk melihat kondisi kehidupan nyata masyarakatnya dan turut berbagi kebahagian Bersama rakyatnya lewat kunjungan sahur Bersama rakyat.
Lantas Dimana salahnya kunjungan tersebut pak epi?apalagi dalam kunjungan tersebut pak Gubernur memberikan bantuan Bedah rumah untuk memperbaiki rumah Masyarakat yang dikunjungi tersebut".
Kemudian pada poin kedua juga pernyataan pak Bupati Epyardi Asda menyatakan,”Mana Aktivitas yang dilakukan beliau, selain dia banyak ngaji-ngaji dan Garin mesjid, apakah cocok imam masjid, garin masjid untuk memimpin seluas 19 Kabupaten/Kota ini dengan kapasitas seperti itu”
Pernyataan Bapak ini bisa menyebabkan konflik yang meluas, bahkan bisa memicu konflik berikutnya, berapa ratus imam masjid dan garin masjid yang terkesan Bapak diskriditkan(di khawatirkan menjatuhkan harga diri mereka dengan pernyataan tersebut) jadi sasarannya bukan Buya Mahyeldi saja, bisa saja melebar seluruh imam masjid,garin masjid yang ada di Kabupaten Solok?Kota Solok, Kabupaten/Kota yang ada di sumbar bapak secara tak langsung melukai hati mereka bukan?
Apakah seorang imam masjid, garin masjid tidak bisa /boleh jadi Gubernur?Tolong Bapak Epi rasa ini ke sanubari Bapak,kalau Bapak diposisi seorang imam masjid/garin masjid. Memang betul apa yang Bapak Epi katakan masa lalu Buya Mahyeldi pernah menjadi garin masjid dan bahkan bukan itu saja beliau juga pernah berprofesi tukang angkat (Kuli) di pasar Bukit Tinggi membantu Ayahnya yang berprofesi seorang kuli, juga tukang angkut becak barang yang juga pernah ditekuni Buya Mahyeldi membantu ayahnya Ketika berdomisili di Duri(Riau) semasa dulunya.
Islam yang Berjaya dimasa sekarang keseluruh seantaro dunia ini yang kita peluk agamanya, juga disiarkan awalnya oleh seorang Imam masjid, garin masjid yang bernama Muhammad SAW, bukankah Rasullullah Muhammad SAW tinggalnya di Mesjid dan selalu menjadi Imam masjid?
Dalam hal ini kita harus berhati-hati dalam berkata-kata pak Epyardi Asda!
Harapan saya selaku Sekretaris DPW Forum Bela Negara Sumbar dan Ketua Himpunan Putra-Putri Keluarga Angkatan Darat Sumbar, kedepannya marilah kita sama-sama saling menjaga silaturahim agar kerukunan dan kedamaian di ranah minang ini saling terjalin dan terjaga sehingga stabilitas keamanan kita menjadi kondusif, masyarakatpun merasakan kedamaian melihat pemimpinnya yang akur dan bahu membahu membangun ranah minang ini yang saling bersinergi sesama Eksekutifnya dan stake holder yang lainnya.
Harapan saya selaku rakyat Sumbar juga menyarankan alangkah baiknya kedepan Dinas Kominfo Sumbar juga mensosialisasikan kegiatan Bapak Gubernur Ketika Beliau hendak mengunjungi suatu daerah agar stake Holder didaerah yang dikunjungi bisa pula mendampingi jika diperlukan dan ini hanya saran saja.
Agus Suherman, SH, MM Sekretaris FBN dan Ketua Hipakad Sumbar di Salah Satu Acara Kegiatan |
Saya juga merupakan orang yang pernah berteman dengan Bapak Epyarda Asda
dulunya, bahkan dulu tahun 2009 Bapak Epyardi Asda pernah mengajak saya dengan mobil pribadi Bapak Epi, kita duduk berdua dibelakang sopir pribadi bapak sewaktu bapak menyerahkan bantuan sembako/beras 3 mobil fuso (bantuan pribadi bapak)ke Daerah solok dan Malalo Kabupaten Tanah Datar.Sebelum kita ke Malalo kita singgah di salah satu kantor camat di seputaran danau singkarak dan kita juga bertemu dengan bang Fauzi Bahar yang Ketika itu masih menjadi walikota Padang.
Saya juga pernah terkagum dengan kepribadian pak Epi, sewaktu kita sampai dilokasi gempa (Malalo) hari menunjukkan pukul 1 malam, pada hari itu hujan gerimis, gelap tiada penerangan hanya lampu mobil sebagai alat penerangan Ketika itu, pak Epi melawan kelelahan dan terjun langsung bersama kami mengangkat beras dalam porsi karung 60 kg yang minta dipikulkan kepundak pak Epi,bapak lakukan menurunkannya tanpa mengenal Lelah, Ketika saya mau memotret pak Epi, pak Epi melarangnya seraya berkata “Jangan difoto Gus, biarlah Allah SWT yang membalas perbuatan kita ini, sontak hati saya tergetar dan air mata menetes tidak disangka tampilan yang sehari-hari kelihatan tegas, keras ternyata menyimpan hati yang lembut dan kepedulian terhadap Masyarakat, spontan saat itu saya berdoa ya Allah ya Rabbi Jadikanlah sahabatku ini jadi pemimpin yang sukses kedepannya karena ada banyak kebaikkan dihatinya.
Oh ya, bapak Epyardi Asda yang terhormat saya menulis ini bukan karena disebabkan Buya Mahyeldi juga seorang Ketua DPW Forum Bela Negara Sumbar dan saya Sekretarisnya, bukan karena itu, tapi dikarenakan Nurani saya, karena Bapak berdua sahabat saya dan sama-sama orang baik dan Ikhlas yang saya kenal, maka saya bercita -cita kedepannya bapak berdua saling bersilaturahmi dengan santun, agar suasana Ranah Minang tercinta ini tidak muncul kegaduhan yang menguras energi terbuang percuma.
Bapak berdua yang saya hormati kita gunakan maksimal untuk membangun ranah Minang yang sama-sama kita cintai ini.Salam persahabatan dari sahabat Bapak-bapak yang tergolong bukan siapa-siapa, hanya orang biasa yang tak punya pengaruh apa-apa,salam santun Agus Suherman.
Padang, 28 Maret 2024
Penulis : Agus Suherman