Ditulis Oleh : Rahmatillah Salwa (Mahasiswa Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Musik Hardcore Punk adalah subgenre dari punk rock yang dikenal dengan karakteristik utamanya yang mencakup suara yang keras, tempo yang cepat, energi yang tinggi, lirik yang provokatif, dan penekanan kuat pada pesan sosial dan politik. Musik hardcore punk pertama kali diperkenalkan oleh sebuah komunitas di kota New York pada akhir tahun 1970-an.Seiring waktu, banyak komunitas punk di seluruh Amerika Serikat ikut berkontribusi dalam memperkenalkan dan mengembangkan musik hardcore punk menjadi apa yang kita kenal saat ini.
Musik hardcore punk telah memikat begitu banyak penggemar karena liriknya sering kali berbicara tentang isu-isu sosial, politik, dan pribadi yang dapat memicu semangat perlawanan dan ketidakpatuhan terhadap norma sosial. “Musik hardcore punk ini dapat mengekspresikan diri saya karena dengan lirik-liriknya yang kritis serta alunan musiknya yang kuat dan energik membuat kita bergairah dan semangat,” ungkap Wahyu, salah satu mahasiswa Sastra Inggris Universitas Andalas yang menggemari musik hardcore punk.
Di Tahun 1998, Padang telah diperkenalkan kepada musik hardcore punk. Meskipun begitu, genre musik ini masih terdengar tabu bagi sebagian besar orang. Tempo yang cepat serta kerasnya perpaduan bunyi alat musik yang terdengar acak-acakan ini dianggap ‘kebisingan’. Hal inilah yang membuat hardcore punk menjadi salah satu genre musik yang sulit diterima oleh semua telinga. Karena hal tersebut, para pecinta musik hardcore punk di kota Padang membentuk komunitas di mana mereka dapat menikmati musik ini. Komunitas tersebut memanggil diri mereka dengan sebutan ‘Invasion Crew’.
Invasion Crew seringkali mengorganisir event di mana band-band hardcore punk lokal menunjukkan performa mereka di depan para penikmat genre musik ini. Mereka menyebut event ini dengan nama ‘Gigs’. Gigs sendiri diartikan sebagai sebuah acara musik dengan skala kecil dan hanya fokus pada satu genre musik saja. “Biasanya, saat Gigs ini penontonnya menikmati penampilan band dengan cara yang berbeda. Bisa dengan moshing, atau hanya mengikuti lantunan musik dengan mengangguk-anggukan kepala atau headbanging,” ungkap Hasim, salah satu mahasiswa Sastra inggris Unand yang sering menghadiri event gigs ini.
Dor to Door! Gigs yang diselenggarakan Invasion Crew, 2023. Sumber: Teguh Koswara
Hasim lebih lanjut menjelaskan bahwa moshing adalah gerakan secara acak, melompat, menendang, dan saling dorong satu sama lain, menciptakan suasana yang penuh energi dan kadang-kadang agresif. Gigs ini menjadi wadah bagi para pecinta hardcore punk untuk menunjukkan jati diri mereka. Mereka bisa dengan bebas berekspresi melalui penampilan band mereka, cara berpakaian, berteriak mengikuti lantunan musik keras yang bersemangat, serta menjalin pertemanan dengan orang-orang yang memiliki selera musik yang sama.
Beberapa Penonton pada gigs Dor to Door yang diselengarakan Invasion Crew melakukan moshing. Sumber: Teguh Koswara
Invasion Crew ini bekerja sama dengan Menace Space (dulunya bernama Hardcore Mayhem) untuk mengadakan gigs. “Menace Space merupakan tempat di mana saya dan para pecinta musik genre ini berkumpul dan bekerja sama menyelenggarakan gigs. Jadi, bisa dibilang Menace Space inilah pusat kegiatan bagi para penikmat musik hardcore punk di Kota Padang,” kata Tandu, personil salah satu band hardcore punk di kota Padang. Tandu juga menjelaskan bahwa terkadang gigs ini tidak hanya diselenggarakan di Menace Space saja. Beberapa kali mereka juga mencari gedung-gedung kosong yang sekiranya jauh dari keramaian agar tidak mengganggu.
Karena berskala kecil, informasi mengenai gigs ini dibagikan melalui Instagram, atau lewat mulut ke mulut. Biasanya, akun Instagram Invasion Crew atau Menace Space ini akan mengupload pamflet mengenai gigs tersebut, kemudian para followers atau penggemar lain me-repost postingannya di instastory mereka masing-masing.
***