Padang Pariaman(SUMBAR)PT- Kegiatan dharmawanita ini sebagai wujud nyata partisipasi, kontribusi ibu-ibu dalam membangun bangsa ke depan. Pertemuan dharmawanita memberi manfaat dan dampak positif bagi anggota dharmawanita itu sendiri.
Hal ini disampaikan Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) sekaligus Pembina dharmawanita H. Helmi saat menghadiri sekaligus pemateri pada kegiatan penguatan moderasi beragama bagi anggota dharmawanita, Kamis (18/11) di MAN Insan Cendikia Padang Pariaman.
Di tempat yang sama, Ketua Dharmawanita Kanwil Kemenag Sumbar, Ny. Nazifah Helmi mengusung kegiatan ini dalam rangka memeriahkan dirgahayu dharmawanita ke 22 yang jatuh 7 Desember mendatang. Kakanwil memberikan apresiasi yang tinggi kepada ketua dan pengurus dharmawanita yang telah membantu Kementerian Agama dalam penguatan moderasi beragama.
Dikatakan Helmi, pertemuan dharmawanita itu juga memberikan banyak manfaat bagi anggotanya, diantaranya ajang membangun jembatan silaturrahmi antar sesama anggota.
Kedua, lanjut Kakanwil sebagai upaya dharmawanita dalam mendukung dan mensosialisasikan program unggulan Kementerian Agama kepada anggotanya. “Banyak program dharmawanita yang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Ada program pendidikan, kegiatan ekonomi, sosial dan sebagainya.
Untuk itu ia mengimbau seluruh Kakan Kemenag kabupaten kota untuk ikut mendukung kegiatan dharmawanita karena telah banyak memberikan manfaat dan kontribusi untuk lembaga Kementerian Agama dan masyarakat sekitar kita.
Ketiga, Pertemuan dharmawanita juga memberi manfaat bagi kita dalam menerima informasi-informasi aktual. Maka ibu-ibu jadilah anggota dharmawaita yang aktif sehingga kita bisa menerima informasi tentang isu aktual.
“Saat ini kita sedang melakukan dan memperkuat moderasi beragama. Kunci moderasi beragama ini ada dua, keberagaman dan keber-agamaan. Keberagaman ini sarat dengan nila-nilai kemanusiaan. Banyak contoh-contoh yang bisa kita lihat di tengah-tengah masyarakat. Saat orang yang sangat membutuhkan tanpa melihat agamanya kita memberikan bantua,” pungkas Kakanwil.
Sementara nilai nilai keber-agamaan itu bagaimana kita memahami ajaran itu itu secara benar Islam yang rahmatan lil Alamin. Jangan artikan moderasi beragama itu memperlemah akidah kita. “Kita tetap memegah teguh akidah kita dengan menghormati pemahaman dan cara beragama orang lain tanpa mengklaim kebenarandiri, tukas Kakanwil.
Selama ini kita di Sumatra Barat terkenal dengan adaik basandi syara’ syara’ basandi kitabullah (adat bersendikan agama, agama bersendikan kitab Allah). Kita sudah lama memiliki pemahaman moderasi beragama namun ini harus tetap kita perkuat.
“Di zaman (era) 4.0 atau era digital saat ini kadang-kadang ada informasi yang valid tanpa sengaja masuk ke hp kita. Untuk itu mari terus kita perkuat moderasi beragama ini. Bukan agamanya yang kita moderatkan, bukan moderasi agama tetapi moderasi beragama. Cara beragamanya yang harus kita moderatkan,” pesan Kakanwil mengingatkan.